Satu kata: Keluarga
Wednesday, June 23, 2010
Tuesday, June 22, 2010
Friday, June 18, 2010
I Wish It Would Rain
The Temptations - I Wish It Would Rain
Sunshine, blue sky, please go away,
My girl has found another, and gone away
With her went my future, my life is filled with gloom,
So day after day, I stay locked up in my room
I know to you it might sound strange,
I wish it would rain (oh how I wish that it would rain)
Oh yeah, yeah, yeah
Cause so badly
I wanna go outside (such a lovely day)
Everyone knows that a man ain't supposed to cry
But listen, I got to cry, cuz crying, ooooooooh,
Is the pain, oh yeah
Yeah you know people, this hurt I feel inside,
Words, they, could never explain,
I wish it would rain (oh how i wish that it would rain)
Oh let it rain, rain, rain, rain (oh how i wish that it would rain)
Ooooooh baby
Let it rain (rain, rain)
Oh yeah, let it rain
Day in day out, my tear stained face
Pressed against my window pane
I search the skies, well, desperately for rain
Cause rain drops will hide my teardrops and no one will ever know
That I'm crying (crying) crying (crying)
When I go outside
To the world outside my tears I refuse to explain,
I wish it would rain (oh how I wish that it would rain)
Rain, rain, rain (oh how I wish that it would rain)
ooooh baby
Let it rain
I need rain to disguise the tears in my eyes
Yeah, You know I'm a man, I ain't got no pride,
Til it rains, I'm gonna stay inside,
Let it rain, Let it rain
Oh yeah, yeah, yeah, yeah...
Oh how I wish that it would rain...
P.S:
Not only men that need rain to disguise the tears, women need it too.
Desperately Need Rain
Tuesday, June 15, 2010
Shock
Yak, pagi hari ini tidak berjalan dengan baik sampai gw menemukan twitter mantan gebetan saat SMP (nama disamarkan). Merasa terpukul karena dia tumbuh jadi seorang yang suka tebar pesona.
Bener-bener ga habis pikir kenapa dia bisa berubah kayak gitu. Ga usah dipikirin juga kali yah? Namanya juga manusia, dan manusia itu ga stabil.
P.S:
liburan ngebuat badan gampang capek, kayaknya harus cari kegiatan nih.
BOSAN-LIBUR
Friday, June 11, 2010
Ode untuk Kamu
Aku biarkan kamu sendiri, boleh?
Sendiri itu bisa membuat kita berpikir dengan jernih. Kamu pasti pernah kan mendengar "terkadang seseorang membutuhkan waktu sendiri untuk memahami apa yang terjadi". Aku rasa kamu membutuhkan itu. Tidak terlepas dari fakta bahwa aku juga. Aku juga butuh kesendirian yang sama. Aku butuh berpikir.
Bukan untuk selamanya sih. Kamu kan tau, aku kurang suka berpikir terlalu keras. "Menghemat otak," itu makna yang (kurang lebih) meluncur dari bibirmu.
Apa yang kupikirkan? Kamu pasti tau, atau kamu tidak tau? Atau mungkin aku yang selama ini berpura-pura bahwa kamu juga tau? Baiklah, aku rasa, kita sama-sama tau bahwa hubungan yang dulu hanya rindu. Ya, kita sama-sama rindu untuk dicintai, namun sepertinya aku sudah sadar sekarang.
Izinkan aku pergi, ya?
Taukah kamu? Aku menulis ini disela-sela fajar masih malu menampakan sinarnya. Ya, saat titik-titik air kecil menutupi setiap lekuk bungaku. Kamu tau jelas kebiasaanku. Meminum bergelas-gelas kopi, lupa meminum obat, tidak bisa naik sepeda, ceroboh, dan tentu saja merah. Ingatkah kamu akan merah? Ah rasanya aku ingin berbicara frontal kepadamu, namun aku terlalu takut. Takut kamu terluka.
Ah ya, kembali lagi ke saat titik-titik air kecil menutupi setiap lekuk bungaku. Aku mengagumi embun lebih dari aku mengagumi bungaku. Tetapi, kala matahari perlahan naik itulah saat embunku pamit. Aku menggunakan pengandaian ini kepada hubungan beberapa bulan yang lalu (entah hubungan apa). Mungkin ini saatnya, embun pergi meninggalkan lekuk bungaku. Embun sangat indah bukan? Ia indah, dinginnya menyejukan hati, berbau basah, dan bagai nada dengan ritme, embun melengkapi syahdunya pagi hari. Embun tidak bertahan terlalu lama setelah matahari mengangkat dagu. Apa kamu mulai mengerti?
Kamu sendiri saja, tak apa?
Hei, ingatanku kembali kepada beberapa bulan yang lalu. Saat aku menduga bahwa kamu adalah kotak pandora. Ah, kamu tau aku benci menebak-nebak, tapi selalu saja kamu hinggap dan membuatku menebak-nebak. Kamu tau tidak mengapa aku menganggap kamu sebagai kotak pandora? Kamu ibarat sebuah kotak yang apabila isinya tidak terlihat akan menimbulkan banyak tanya bagiku, namun apabila aku membuka kotak itu, aku akan mendapatkan apa yang tidak ingin aku dapatkan. Membuka kotak pandora seperti menarik kesimpulan tanpa membaca gagasan utamanya. Menyiksa.
Aku menyesal. Bukan bukan, bukannya aku menyesal bertemu dengan kotak pandora seperti kamu. Aku hanya menyesal mengapa tidak bisa bersabar menunggu kamu yang membuka kotak itu. Aku selalu ingat betapa kamu membenci kata sesal. Sesal itu masih musuhmu, ya kan? Apakah kamu menyesal telah mengenal pengamat seperti aku? Caci aku saja, tak apa. Rasanya ini bagus agar aku lebih sabar nantinya.
Maafkan aku, yah?
P.S:
pernah kan kamu dengar bahwa tanaman yang disiram dengan rutin akan tumbuh dengan baik? sepertinya kata-kata itu terbukti salah, setiap tanaman punya kapasitas tersendiri dalam menampung air kan? semakin sering ia disiram, semakin cepat pula proses membusuknya. kamu mulai mengerti kan bahwa aku bukan tanaman yang tumbuh dengan baik?
Biarlah Tuhan yang tau.
Wednesday, June 9, 2010
Aku dan Impianku
Sejak kecil, saya tidak pernah bermimpi menjadi dokter. Jadi dokter itu sulit. Sulit uang, sulit otak, sulit peka (loh, kalau pasiennya takut, dokter kan harus peka juga), dan juga sulit-sulit yang lain. Sepertinya saya cukup jadi pasien teman-temanku yang menjadi dokter saja.
Masih kecil dulu, sepertinya saya tidak pernah dibayang-bayangi akan menjadi apa saat dewasa nanti. Ya, begitulah. Melodi lagu "Susan Susan Susan, kalau gede mau jadi apa?" mungkin salah satu inspirasi bagiku untuk mencari cita-cita. Saya berbeda dengan Susan, ia ingin sekali menjadi dokter, namun tak pernah tumbuh dewasa. Yah, Susan akui saja, kamu memang terlahir untuk selalu kecil (jangan salahkan saya, ini fakta)
Cita-cita saya yang pertama adalah menjadi professor. Dahulu saya sangka professor itu adalah ilmuan yang menemukan penemuan-penemuan baru, ternyata bukan. Professor adalah orang yang dapat gelar kehormatan karena karya tulis dan pembuktian karya tulisnya (seperti disertasi dan teman-teman, dan saya tidak expert dalam masalah ini). Cita-cita menjadi professor kandas sudah setelah mengetahui faktanya. Saya mau jadi ilmuan, namun saya tidak berminat pada IPA, jadi........
Cita-cita saya selanjutnya, menjadi astronot.
-___- aneh ya? Mungkin karena dulu kebanyakan nonton film luar negeri dan ingin bergabung dengan NASA yang eksis itu (sekarang masih eksis kan yah?) tapi ada gosip katanya astronot di Indonesia agak aneh dan kalau mau jadi astronot, seenggaknya pergi ke luar negeri dan akhirnya mimpi menjadi astronot kandas ditengah jalan dputus oleh rantai kenyataan (mulai deh figurative language-nya keluar)
Selanjutnya, saya mau menjadi penulis komik.
Pada masa usia 8 tahun minat saya akan membaca tersalurkan dengan fasilitas yang papa mama miliki. Buku. Banyak buku. Buku memasak, buku agama, buku bergambar, sampai-sampai cerita kolom di surat kabar. Buku seperti mengubah cara pandang akan hidup. Entahlah. Saat saya membaca sebuah komik di toko buku, saya memutuskan untuk menjadi penulis komik misteri. HAHAHA, konyol memang.
Saya mau jadi penulis komik, pindah ke jepang, menggambar manga, dan dibuat anime. Sangat klasik. Sekali lagi saya tegaskan, saya buruk dalam menggambar. Menggaris lurus pun masih belum bisa, garis-garis dibuku masih menjadi panutan saya untuk menulis indah. Ya, saya masih terkekang dengan garis dan apabila saya diberikan kertas kosong tanpa garis, saya akan menyulap kertas kosong tersebut menjadi sebuah kertas yang dipenuhi gambar gunung (saya tidak bisa menulis lurus dan saya pernah kecewa. Namun sekarang, saya tahu artinya bahwa tulisan anak kecil yang naik-turun seperti gunung itu diakibatkan oleh impian dan cita-cita yang mempengaruhinya)
Mimpi ini tetap saya lanjutkan bahkan sampai sekarang.
Setelah tumbuh makin dewasa dan kecintaan saya akan bahasa terus bertambah, saya memutuskan untuk menjadi penerjemah buku asing. Saya mencintai bahasa, segala peraturan dibahasa, dan saya juga bercita-cita menguasai minimal lima bahasa asing. Jujur, mimpi ini sempat terlupa begitu saja dengan hiruk-pikuknya dunia SMP dan waktu yang (seolah-olah) sedikit sehingga saya tidak bisa belajar bahasa asing dengan maksimal. Mimpi saya (lagi-lagi) kandas ditengah jalan.
Saya mulai mencari pelarian dari bahasa-bahasa asing, saya menekuni bidang psikologi dan yaa tebakan anda benar. Saya ingin menjadi psikolog. Saya mulai membaca beragam buku psikologi, saya membaca banyak buku self-improvement, dan akhirnya saya keluar dari jaman kegelapan saya (baca: sorrow, galau, dan lain-lain)
Saya semakin banyak membaca buku. Bukan buku komik dan buku random seperti dulu, namun buku-buku fiksi. Saya mulai berani menulis karya saya sendiri, terilhami dari fiksi misteri yang ditulis sahabat saya, Karina. Dunia dan bidang tulis-menulis telah saya geluti, dari menulis cerpen, novel (entah itu novel atau bukan tetapi saya menulis baru beberapa halaman saja, jadi itu novel bukan?), dan puisi. Saya jatuh cinta dengan puisi. Puisi membiarkan saya bebas tanpa merasa terikat. Saya bisa saja menulis puisi dengan beberapa huruf dan memiliki makna yang luas, dibanding novel atau cerpen dengan syarat minimal jumlah halaman (aturan ini serasa mengikat saya)
Saya mencintai dunia menulis ini, khususnya puisi (tentu saja analogi juga). Sangat. Dengan puisi, saya bisa mengungkapkan perasaan saya tanpa harus diketahui secara gamblang.
Saya akui, saya mengangkat topi dengan kelabilan anak-anak kecil dalam memilih cita-cita meraka. Saya rasa mereka akan mengerti mengapa terjadi banyak keputusan dan pemilihan cita-cita. Hal itu cukup dijelaskan dengan membaca ulang posting ini dari awal sampai akhir. Dan saya rasa, posting ini sudah bisa menjawab pertanyaan mengapa Susan mempunyai banyak cita-cita. Beragam cita-cita dengan satu tujuan yang sama yaitu bahagia.
P.S:
Dengan tercapainya awal mimpi saya di psikologi, saya masih bisa tetap menulis kan?
Dream-Chaser
Sajak Kecil tentang Cinta
sajak kecil tentang cinta
mencintai angin harus menjadi siut
mencintai air harus menjadi ricik
mencintai gunung harus menjadi terjal
mencintai api harus menjadi jilat
mencintai cakrawala harus menebas jarak
mencintaiMu(mu) harus menjadi aku
P.S:
Dikutip dari kumpulan puisi Sapardi Djoko Damono. Beruntung sekali saya pernah berada di FIB UI, tempat penulis favorit saya mengajar. Banyak teman-teman saya yang sudah bertemu anda, giliran saya?
Masih-Amatir
Tuesday, June 8, 2010
Blue Roses are Exist!
This posting is dedicated to all blue roses in the world (we are exist!)
Jujur saja, saya memiliki lebih dari sejuta keindahan dibandingkan si merah. Atas nama semua bunga di muka bumi, saya berani menjamin kalian akan terkagum melihat sosok saya. Saya mungkin dibesarkan bukan penuh cinta seperti si merah, tetapi saya tau bagaimana menjalani dinginnya cerita asli.
Hey, dengarkan dulu! Saya bukan mawar biru yang tinggal di cerita dongeng klasik di mana happily ever after yang menjadi jargonnya. Saya tinggal didalam vas bunga dan keberadaan saya diragukan. Mengapa? Saya rasa akan ada sesi tanya jawab nanti. Tetapi baiklah, karena ini tulisan perdana saya di blog saya akan memberi tahu kalian. Mawar biru seperti saya seringkali di ragukan karena saya kurang cantik, tidak begitu indah di pandang, tapi jujur jenis kami sama. Kami sama memiliki duri, kelopak mawar yang sama, hanya warna yang memisahkan aku dan si merah. Sekali lagi, ibaratnya kami hanya berbeda kelakuan, itu saja. Aku juga memiliki kelopak yang sama cantiknya dengan si merah. Jujur, saya mewakili semua mawar biru dibelahan dunia manapun, kami ada di dunia.
Mungkin terlihat agak mengerikan dengan warna biru disekujur kelopak saya, namun disitulah keindahannya. Disitulah keindahan saya, saya memiliki warna unik yang tidak dimiliki bunga lain. Secara genetik, gen warna biru ini tidak saya dapatkan secara langsung. Entahlah, saya juga tidak mengerti. Sudah lupakan masalah genetik, saya merasa terhormat karena saya dan teman-teman, memiliki kekhususan yang berbeda dengan si merah (enak saja! kami lebih elegan dengan bermacam-macam interpretasi makna dari para penulis literatur).
Dibandingkan dengan si merah yang melekat dengan simbol cinta, kami mawar biru, lebih melekat dengan simbol misteri, kemakmuran, sang pengkhayal, bahkan simbol kerajaan (saya rasa semua tau bahwa kerajaan identik dengan warna biru royal)
Rasanya tidak akan pernah habis membahas masalah kasus perbungaan ke meja hijau, aneh dan tidak bisa diterima kenyataan. Yah, mungkin menulis blog adalah cara saya menyikapi perbedaan ini dan memberi informasi kepada masyarakat luas untuk tidak salah menangkap perbedaan yang mawar biru miliki.
P.S:
saya bukan pengkhayal.
BLUE
Sick Rose
Belakangan hari kemarin, saya memikirkan dua buah kata "sick" dan "rose". I never thought that it was a literary work from William Blake.
P.S:
I'm not a sick rose. I'm a sick red rose.
peace out--love
Tuesday, June 1, 2010
IKMI's Gathering Song
Here we are, here we are
To attend this gathering
To meet someone to have some fun
Come on let's enjoy the day
Old friends new friends gather here
Come on let's make harmony
We are a big family
IKMI is the best for me
Happy day, happy day
All my friends are nice and gay
To be together for the rest of our lives
Come on let's enjoy the day
P.S:
Salah satu lagu yang bisa ngebuat gw nangis sesungukan. We are a big family, IKMI is the best for me. FYI, IKMI stands for Ikatan Kekeluargaan Mahasiswa Inggris
LOVE
XOOOXOO
Subscribe to:
Posts (Atom)