Ketegangan mulai menjalari tubuh saat saya menulis tentang kamu. Berceloteh, menggores pena pada secarik kertas, dan berusaha menerbangkannya ke angkasa luas dengan harapan kamu bisa membaca. Ya, sangat mustahil. Tapi, perasaanku kepadamu, tidak seperti pesawat kertas yang diterbangkan dan jatuh karena kurang keseimbangan.
Perasaanku padamu lebih konstan. Ya, kurang lebih begitu.
Hei, tahukah kamu Andromeda?
Tidak sedikit yang mencemooh saat aku deklarasikan ingin bertemu dengan kamu. Ya, mereka semua terkejut karena menurut mereka itu termasuk keajaiban dunia terbaru abad ini, tetapi aku tidak pernah patah semangat untuk bisa mewujudkan mimpi itu.
Seseorang pernah berkata padaku, "disaat manusia tidak punya harapan, mimpi adalah harapan itu". Einstein juga pernah berkata bahwa "imajinasi melingkari dunia" (kira-kira seperti itu, kan?)
Sekarang aku memutuskan untuk berpikir tentang mimpi dan mulai berusaha mewujudkan mimp-mimpi itu. Ibu bilang, ia salut melihat kecintaan aku kepada kamu. Aku terlalu keras kepala dan terlalu keras mewujudkan mimpi itu, sehingga ia mendukungku pelan-pelan.
Semua orang mulai sedikit berubah tentang mimpiku ingin bertemu dengan kamu.
Andromedaku yang jaraknya kurang lebih 2.5jt tahun cahaya dari galaksi Bimasakti,
Aku ingin merasakan euforia teman-teman yang sudah bertemu dengan kamu, aku ingin meneriakan namamu (walaupun sebenarnya aku selalu membicarakan kamu, mungkin teman-temanku sudah merasa bosan dan mual mendengarnya, tapi tidak bagiku)
Aku berjanji saat kita bertemu, aku akan berpartisipasi membawa tongkat biru bercahaya dan mengubah sekeliling menjadi lautan biru safir bercahaya.
Ah ya, dan tentu saja meneriakan namamu.
Tunggu dan lihat aku ya.
p.s:
Demam Andromeda ini menyebar sampai ibuku loh, ia bilang ia ingin bertemu dengan kamu juga.
Cups!
No comments:
Post a Comment